Kisah Pilu Sekaligus Pengalaman Yang Berharga Kapten Timnas Belanda Virgil Van Dijk

Jakarta - Virgil van Dijk memiliki kisah yang patut diapresiasi sebelum kini menjadi pesepak bola profesional yang memperkuat Liverpool. Ia pernah menjadi tukang cuci piring.

Kala itu, kepindahan Van Dijk dari Southampton ke Anfield memakan biaya sekitar 75 juta pounds atau setara 1,3 triliun rupiah. Jumlah tersebut word play here menjadikannya sebagai bek termahal di dunia. Ia bahkan mendapat gaji kurang lebih 180 miliar per tahun.

Meski bisa dibilang dirinya mampu mendapat segalanya dari kehidupannya sekarang, Van Dijk pernah menjadi pekerja kasar demi bisa mendapat uang.

Kisah perjalanan karier Virgil van Dijk sebagai pesepak bola dimulai saat ia meninggalkan tanah kelahirannya, Kota Breda pada 2008. Van Dijk yang saat itu berusia 17 tahun, meninggalkan Kota Breda untuk bergabung dengan akademi klub Liga Belanda, Willem II.

Namun, Van Dijk hanya bertahan di klub Willem II selama dua tahun hingga 2010. Ia memilih meninggalkan Willem II karena tidak mengalami perkembangan dan juga memiliki masalah fisik di bagian lututnya.

Selain itu, Van Dijk juga memiliki masalah fisik di bagian pangkal pahanya. Masalah fisik itu membuat performa Van Dijk sebagai pemain sepak bola kurang menonjol dan maksimal.

Kemudian Van Dijk sempat pindah ke FC Groningen setelah tidak mengalami perkembangan cukup signifikan di Willem II. Sejak saat itu, Van Dijk mulai mendapatkan kehidupan lebih baik ketimbang saat berada di Kota Breda.

Ketika bergabung dengan FC Groningen, Van Dijk mengatakan bahwa ia dulu harus pergi ke tempat latihan menggunakan sepeda. Sedangkan upah yang diterima digunakan Van Dijk untuk mendaftar kursus mengemudi.

"Ketika saya tiba di FC Groningen, saya harus bersepeda untuk pergi ke tempat latihan. Saya menggunakan gaji pertama saya untuk mengikuti kursus mengemudi," kata Van Dijk dikutip dari BBC.

Lebih lanjut, Van Dijk mengatakan bahwa sebelumnya pernah menjadi tukang cuci piring saat hidup di Kota Breda.

"Sebelum saya menandatangi kontrak, saat saya berusia 15 atau 16 tahun, saya bekerja sebagai pencuci piring di salah satu restoran di Kota Breda," ungkap Van Dijk.

Kala itu Van Dijk membagi jadwalnya untuk latihan dan bekerja di restoran tersebut. Ia berlatih pada Senin, Selasa, dan Kamis, serta bermain pada Sabtu.

Sementara itu, Van Dijk bekerja pada Rabu dan Minggu aching hingga tengah malam. Bek yang kini berusia 27 tahun itu rela menjadi tukang cuci piring agar ia memiliki uang untuk pergi jalan-jalan ke kota.

Van Dijk sendiri mengaku sangat senang dengan pekerjaan masa lalu saat itu dan tidak menyesalinya.

"Saya bekerja karena saya ingin pergi ke kota pada Sabtu malam. Saat itu mungkin saya mendapat upah 350 (sekitar Rp 5,5 juta) setiap bulan dan saya senang dengan penghasilan itu," ucap pemain timnas Belanda itu.

Sebaliknya, Van Dijk bisa menunjukkan rasa bangga terhadap pekerjaan di masa lalunya. Bahkan, ia dapat mentraktir rekan-rekannya saat itu dari hasil upahnya sebagai tukang cuci piring di restoran.

"Saya dapat pergi ke McDonald's dan mentraktir teman-teman saya. Kemudian saya mulai menyadari betapa pentingnya uang, tetapi itu bukan hal yang paling penting," kata Van Dijk.

Van Dijk saat ini menjelma sebagai bek terbaik di dunia dan menjadi salah satu pemain andalan Liverpool. Namun, kapten Belanda ini absen di pentas Euro 2020. Cedera ACL yang menimpanya saat Liverpool melawan Everton di ajang Liga Inggris menjadi penyebabnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sidang Peceraian Bams Eks Samsons Dengan Istrinya Ditunda Sampai Minggu Depan

Salah Satu Danau Terbesar di Dunia Aral Sea yang Tidak Memiliki Air